BBM BBM BBM!
Bingung bingung
bingung!
Bengong bengong
bengong!
Demo demo demo!
Tolak tolak
tolak!
Turunkan turunkan turunkan!
Akhirnya,
Paksa paksa paksa
Terima terima terima
Lupa lupa lupa…
berlebihan
Demo tadi siang, 27 Maret 2012, memalukan. Dan pemerintah yang
kurang tanggap dengan aksi-aksi para demonstran, juga memperihatinkan.
Yang mengherankan, semua terlihat berlebihan dalam pandangan saya. Menurut
saya, ini masalah simple. BBM akan dinaikkan, subsidi untuk BBM berkurang, dana
subsidi bisa dialokasikan untuk bidang lain, pendidikan utamanya –saya harap.
Dampak buruknya
bagi masyarakat dengan naiknya BBM; harga kebutuhan pokok naik, masyarakat
menengah ke bawah tercekik. Namun saya rasa, apabila hal itu terjadi, tidak
akan berlangsung lama, mangapa? Karena masyarakat Indonesia pernah
mengalaminya. Ini baru naik 33%, dulu ketika jamannya Bu Mega, naik 300% meeen…
hebat gak tuh masyarakat Indonesia bisa tetep survive setelah sebelumnya
dimanja dengan harga BBM murah…
Kali ini masyarakat Indonesia kembali ditantang. Saya berkeyakinan
masyarakat tetep bisa hidup setelah kenaikan BBM ini. Sebulan dua bulan mungkin
keuangan kita bakalan gak stabil, tapi setelah itu…everything’s gonna be
alright. Namun dengan catatan,
pemerintah tidak ‘main-main’ dengan keputusan ini, entah pada saat proses
pengambilan keputusan maupun eksekusinya. Karena saya yakin benar, masyarakat
sudah bosan bermain-main dengan pemerintah, kini saatnya kita sama-sama
belajar. Toh main terus memang tidak baik.
BBM kapan pun, memang harus dinaikkan, entah sekarang atau taun
depan atau 10 taun ke depan, pasti bakal naik. Kenaikan BBM di Indonesia selain sebagai langkah penyesuaian harga minyak
dunia, juga akan menimbulkan efek psikologis tersendiri, sepertinya.
Mau tahu logikanya? Ingat saja pelajaran SD, bahan bakar minyak merupakan sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui,
so lama kelamaan akan habis. Dengan begitu, harga BBM dunia pun akan semakin
melonjak. Semakin banyak demand, dan semakin sedikit supply, maka inflasi akan
terjadi. Jadi menaikkan harga akan menjadi keputusan yang mau tidak mau harus dilakukan,
selama BBM masih digunakan masyarakat dunia. Kecuali, apabila masyarakat sudah
mampu lepas dari BBM sebagai kebutuhan pokok selama hidupnya, maka tidak masalah
harga BBM mau berapa pun. Hehehe seperti harga karung goni sekarang.
Efek psikologis yang saya maksud, ketika harga BBM semakin naik, masyarakat semakin merasa tertekan, maka otak-otak akan
berputar mencari inovasi pengganti BBM yang semakin kepepet ini, kepepet harga
dan kepepet jumlahnya. Dengan begitu sebenarnya masalah akan benar-benar
terselesaikan, sekali lagi jikaaaa kita manusia-manusia super cerdas ini mampu
berinovasi. Tapi sayangnya manusia-manusia super cerdas seperti saya, Anda dan
mereka terlalu malas, selalu butuh gertakan dan suasana kepepet terlebih dahulu
baru mau kucek-kucek mata, bangun kemudian berinovasi. Saya ngomong begini juga
sedikit munafik, haha. Saya belum bisa berbuat banyak menyangkut fenomena ini,
belum berbuat apa-apa bahkan... Namun saya berharap semoga Anda bisa mencuri
start lebih dulu dari saya untuk berinovasi dan berkreasi mencari solusi
fenomena kenaikan BBM. J
Akhirnya posting draft ini juga setelah sekian lama. hahaha basi memang, tapi beberapa bulan lagi akan kembali aktual sepertinya :p
Selia stefi Yuliasari copyright© 2011
1 komentar:
sebenernya perilaku masyarakat indonesia kebanyakan konsumtif. membeli sesuatu yang diinginkan, bukan dibutuhkan.
contoh : rokok, bahkan seorang pemulung atau peminta minta pasti merokok. setidaknya habis 10 ribu 1 hari.
padahal 1o ribu itu setara dengan 2 bungkus nasi di warteg, atau 2,22 liter bensin premium, atau kebutuhan pokok lainnya lho. hehe
kenaikan BBM kalo diimbangi dengan perilaku hemat dan cerdas yaa ga masalah. seperti itu kira kira haha
Posting Komentar