21.8.12

BBM lebay


BBM BBM BBM!
Bingung bingung bingung!
Bengong bengong bengong!
Demo demo demo!
Tolak tolak tolak!
Turunkan turunkan turunkan!

Akhirnya,
Paksa paksa paksa
Terima terima terima
Lupa lupa lupa…
berlebihan

Demo tadi siang, 27 Maret 2012, memalukan. Dan pemerintah yang kurang tanggap dengan aksi-aksi para demonstran, juga memperihatinkan.
Yang mengherankan, semua terlihat berlebihan dalam pandangan saya. Menurut saya, ini masalah simple. BBM akan dinaikkan, subsidi untuk BBM berkurang, dana subsidi bisa dialokasikan untuk bidang lain, pendidikan utamanya –saya harap. Dampak buruknya bagi masyarakat dengan naiknya BBM; harga kebutuhan pokok naik, masyarakat menengah ke bawah tercekik. Namun saya rasa, apabila hal itu terjadi, tidak akan berlangsung lama, mangapa? Karena masyarakat Indonesia pernah mengalaminya. Ini baru naik 33%, dulu ketika jamannya Bu Mega, naik 300% meeen… hebat gak tuh masyarakat Indonesia bisa tetep survive setelah sebelumnya dimanja dengan harga BBM murah…
Kali ini masyarakat Indonesia kembali ditantang. Saya berkeyakinan masyarakat tetep bisa hidup setelah kenaikan BBM ini. Sebulan dua bulan mungkin keuangan kita bakalan gak stabil, tapi setelah itu…everything’s gonna be alright. Namun dengan catatan, pemerintah tidak ‘main-main’ dengan keputusan ini, entah pada saat proses pengambilan keputusan maupun eksekusinya. Karena saya yakin benar, masyarakat sudah bosan bermain-main dengan pemerintah, kini saatnya kita sama-sama belajar. Toh main terus memang tidak baik.
BBM kapan pun, memang harus dinaikkan, entah sekarang atau taun depan atau 10 taun ke depan, pasti bakal naik. Kenaikan BBM di Indonesia selain sebagai langkah penyesuaian harga minyak dunia, juga akan menimbulkan efek psikologis tersendiri, sepertinya.
Mau tahu logikanya?  Ingat saja pelajaran SD, bahan bakar minyak merupakan sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui, so lama kelamaan akan habis. Dengan begitu, harga BBM dunia pun akan semakin melonjak. Semakin banyak demand, dan semakin sedikit supply, maka inflasi akan terjadi. Jadi menaikkan harga akan menjadi keputusan yang mau tidak mau harus dilakukan, selama BBM masih digunakan masyarakat dunia. Kecuali, apabila masyarakat sudah mampu lepas dari BBM sebagai kebutuhan pokok selama hidupnya, maka tidak masalah harga BBM mau berapa pun. Hehehe seperti harga karung goni sekarang.
Efek psikologis yang saya maksud, ketika harga BBM semakin naik, masyarakat semakin merasa tertekan, maka otak-otak akan berputar mencari inovasi pengganti BBM yang semakin kepepet ini, kepepet harga dan kepepet jumlahnya. Dengan begitu sebenarnya masalah akan benar-benar terselesaikan, sekali lagi jikaaaa kita manusia-manusia super cerdas ini mampu berinovasi. Tapi sayangnya manusia-manusia super cerdas seperti saya, Anda dan mereka terlalu malas, selalu butuh gertakan dan suasana kepepet terlebih dahulu baru mau kucek-kucek mata, bangun kemudian berinovasi. Saya ngomong begini juga sedikit munafik, haha. Saya belum bisa berbuat banyak menyangkut fenomena ini, belum berbuat apa-apa bahkan... Namun saya berharap semoga Anda bisa mencuri start lebih dulu dari saya untuk berinovasi dan berkreasi mencari solusi fenomena kenaikan BBM. J


Akhirnya posting draft ini juga setelah sekian lama. hahaha basi memang, tapi beberapa bulan lagi akan kembali aktual sepertinya :p

Selia stefi Yuliasari copyright© 2011

20.8.12

Maret 2012


Awal Maret 2012

Setiap hari terus-menerus berpura-pura ramai memang melelahkan. Meramaikan diri sendiri, coba-coba mengubah hati saya yang merasa sangat kesepian, siapa tahu berhasil.

Ketahuilah, beberapa hari ini saya bukan saya yang sebenarnya, dalam beberapa hal.

Tanggal 3 Maret saya putuskan berangkat ke Semarang, kembali belajar, kembali ke sekolah kemandirian saya. Ya, ‘kemandirian’ tujuan saya, tapi kenapa yang saya rasakan hanya ‘kesendirian’? Mungkinkah kesendirian merupakan bagian dari siklus kemandirian hidup? Bisa jadi. Saya bilang kemandirian itu siklus, begini kurang lebih; saat masih bayi kita mempunyai nol kemandirian, masa anak-anak hingga remaja mulai terbentuk kemandirian semu, mencapai masa dewasa dengan kemandirian total, sampai di masa tua perlahan-lahan kemandirian kembali nol. Dan ketika semua proses latihan kemandirian tidak dilalui secara normal –versi saya tentunya, maka saya akan menjadi manusia dengan kemandirian tidak sempurna, cacat. Semoga saya berhasil menjadi manusia mandiri yang sempurna tanpa cacat.

Kembali kepada hari pertama saya di Semarang. Sampai di kos tanggal 3 Maret 2012 malam, sekitar pukul 21.30. Keadaan saya lapar, terakhir makan siang hari dengan lauk lengkap di rumah tercinta. Perut lapar menjadi hal pertama yang menyadarkan saya kalau saya sudah kembali dalam dunia yang lain dari dunia yang sebulan lalu saya tinggali. Dunia tidak nyaman. Tapi yang saya cari memang ketidaknyamanan itu, jadi ya saya coba mati-matian untuk survive. Saat itu –sampai hari ini motor saya masih di rumah, kos sangat sepi, tidak ada yang duduk-duduk di luar kamar, kemungkinan sedang pergi malam mingguan atau sudah tidur. Kesimpulannya tidak ada yang bisa saya pinjami motor, saya harus jalan kaki mencari makan. Malam itu saya hanya butuh nasi. Lauknya saya bawa dari rumah, ada sambal goreng buatan Yu Neni, Kering Kentang, jangan mie, peyek udang dan tahu goreng tepung. Sambal goreng special buatan Yu Neni memang favorit saya, rasanya tidak terlalu pedas, sedikit manis, dan ada rasa rumah. Haha ya, saya hanya ingin membawa suasana rumah dalam beberapa hari pertama di Semarang, lewat sambal goreng ini. Ah kan…saya jadi ingat rumah lagi. Malam itu saya jalan sendirian untuk mencari nasi. Tujuan pertama saya ke bakul nasi goreng di pertigaan dekat kos, ternyata bapak-bapak nasi goreng itu baru saja berkemas pulang, sudah habis. Saya jalan beriringan dengan bapak itu dan gerobaknya, mencari warung makan di dekat kos. Ketika berjalan kaki seperti ini baru saya sadari kita bisa melihat semua yang kita lewati dengan lebih hidup, lebih detail dan lebih berkesan. Setelah berjalan cukup jauh akhirnya saya berhasil juga mendapatkan nasi, kembali ke kos dan langsung saya makan dengan lauk yang saya bawa, dengan lahapnya.

Hari kedua, Minggu 4 Maret 2012. Pagi hingga siang hari saya bersihkan kamar nomor 9B ini dengan bersemangat, hari kebersihan kamar. Sorenya saya ke PKM Teknik untuk rapat departemen dengan teman-teman depsos. Sore itu saya merasakan keramahan dan keramaian yang pertama di Semarang, mereka semua menyenangkan, ramai, saya jadi terbawa ramai. Keluarga baru itu, semakin hari semakin membuat saya nyaman. Saya juga heran, bagaimana bisa saya manusia dengan tingkat adaptasi payah bisa begitu cepatnya beradaptasi dengan teman-teman depsos ini. Bersyukur sekali, paling tidak ketika hari-hari ke depan banyak tugas-tugas dan orang-orang yang menurunkan kadar keceriaan saya, saya bisa lari tertawa bersama mereka, kembali ramai.

Senin, 5 Maret 2012 hari pertama saya kuliah di semester empat. Semester ini saya awali tanpa resolusi, sama sekali tidak ada resolusi. Hari pertama saya berangkat pagi. Paling tidak saya mengawali semester empat dengan hal yang baik, tidak telat seperti biasanya. Saya belajar di Jurusan Arsitektur FT Undip Semarang. Dan baru saya temui, satu kelas berisi 120-an orang. Bisa Anda bayangkan? Ah tidak usah dibayangkan, nanti malah ikutan sesak nafas. Dengan air conditioner yang hanya satu untuk mendinginkan ruangan dengan manusia sebanyak itu, saya sering merasa tidak sedang kuliah, tapi lomba rebutan nafas, rebutan angin, sungguh tidak manusiawi. Itu salah satu yang menjadikan saya kurang suka kuliah di sini.
Di kampus ini saya juga sering berasa sendirian, sendirian dalam fitrah. Ah, fitrah seperti apa saya sulit menjelaskan di sini. Yang jelas, saya merasa kehilangan teman-teman akrab yang saling menasihati, mengingatkan, yang saling bercanda dengan santunnya tanpa menyakiti, saling rajin mengajak liqo walaupun saya jarang sekali berangkat. Hahaha. saya kangen Oma Iis, Mamih Mawar, Whyca, Mba Ayi, Nanik, Mba Pepy, Mayaw... Kangen bukan hanya sekadar ingin bertemu, tapi kangen setiap hari bersama-sama. Saya kangen mereka karena di sini, saya merasa tidak ada yang membantu saya membentengi diri, sendirian. Tapi toh saya harus survive walaupun sendirian, harus tetap semangat.
Sudah bahas ketidaknyamanannya. Namun, bagaimana pun, pelan-pelan saya rasakan, mulai nyaman belajar di sini. Jelas bukan karena fasilitasnya, tapi teman-teman baru saya. Saya mulai bisa berteman dengan manusia-manusia varietas ini. haha. Entah karena sekadar rutinitas atau memang sudah benar-benar beradaptasi, tapi nyatanya mereka yang saya temui setiap hari, yang mulai saya mengerti dan mengerti saya. Senang rasanya mempunyai rasa seperti ni lagi, bisa bergaul, menerima dan diterima. J Soooo, saya harap besok-besok saya gak perlu capek-capek berpura-pura ramai, tapi sudah benar-benar bisa ramai dengan teman-teman baru saya. J

Ah tulisan ini gak beraturan banget, saya awali awal maret, dan saya akhiri bulan apa tebak? Agustus -________- Seliaaaaaaa malas. Hahaha alhasil saya lupa apa-apa yang saya jalani di bulan April Mei Juni Juli eeeerr, jadi mohon maklum kalau point nya kacau, gak tau mau cerita apa.



Selia stefi Yuliasari copyright© 2011